Sabtu, 17 Januari 2009

MEMPERBAIKI KUALITAS MANUSIA MELALUI SIKAP MENTAL

murid kencing berlari..”. Pepatah tersebut mencerminkan betapa perilaku seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap perilaku anak buahnya.

Pun demikian yang terjadi di setiap organisasi dan perusahaan. Baik dan buruknya sikap serta perilaku seorang atasan kerap menjadi inspirasi anak buahnya. Oleh karena itulah sikap mental positif sangat perlu dimiliki dan dikembangkan seorang atasan. Lebih dari itu, seorang atasan seharusnya dapat menularkan virus perilaku dan sikap mental positif kepada anak buahnya.

Menurut F.X. Oerip S. Poerwopoespito, praktisi dan pakar dalam pengembangan sikap mental, sikap mental merupakan kelemahan yang dimiliki sumber daya manusia bangsa kita. “Kekurangan bangsa kita bukan pada skil, bukan pada knowledge, tetapi pada sikap mental”, ujarnya saat ditemui HC dikediamannya bulan lalu.

Kualitas manusia pada dasarnya memang terkait dengan sikap mental yang dimilikinya. Mengenai kualitas manusia, Oerip memiliki formulasi khusus untuk mengukur sejauh mana kualitas yang dimiliki seseorang. Menurutnya, kualitas manusia = kualitas teknis x kualitas fisik x kualitas mental.

Jadi, kualitas manusia terdiri dari kualitas teknis, kualitas fisik dan kualitas mental. Yang dimaksud kualitas teknis adalah kualitas yang berkaitan dengan keahlian yang kita miliki. Semakin kita menguasai suatu bidang pekerjaan yang kita jalani, semakin tinggi kualitas teknis yang kita miliki.

Yang kedua adalah kualitas fisik. Kualitas fisik ini berkaitan dengan kesehatan kita. Semakin sehat seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Sedangkan yang ketiga adalah kualitas mental. Kualitas mental inilah yang sebenarnya paling penting. Bila kualitas teknis dan kualitas fisik memiliki skala penilaian 1 sampai 100, maka kualitas mental ini memiliki penilaian -10 sampai 100.

Kenapa ada minusnya? “Karena bisa merugikan orang lain. Apa artinya? Kualitas manusia yang paling dominant bukan kualitas teknis, bukan keahlian kita, bukan fisik kita, tetapi sikap mental kita”, ujar Oerip panjang lebar.

“Misalnya seorang manajer keuangan ahli betul dalam bidang keuangan, nilainya 100. fisiknya sehat, nggak pernah sakit, nilainya 100. Tapi misalnya dia korupsi, nilainya jadi - 1. maka, kualitasnya sebagai manajer keuangan adalah -10.000. Kan membuat perusahaan bangkrut”, kata pria berjanggut lebat ini memberi contoh.

Oleh karena itu ia juga menghimbau bahwa untuk mengukur kualitas manusia seutuhnya tidak bisa hanya mengandalkan kualitas teknik seperti kompetensi dan skil maupun kualitas fisiknya saja. Karena aspek yang paling penting adalah kualitas mental seseorang yang terkait dengan bagaimana manusia bersikap, berperilaku tanpa merugikan orangorang dan lingkungan sekitarnya.

Lalu bagaimana cara kita mengembangkan sikap mental postiif? Nah, hal ini yang menurut Oerip seringkali menjadi problematika karena terkadang seorang pemimpin maupun pegawai tidak tahu bagaimana caranya. Namun menurut penggemar tanaman bonsai ini, caranya sangat mudah. “Cara memulainya adalah dengan membuat orang lain bahagia”.

Oerip berfilosofi bahwa pada dasarnya dunia terdiri dari tiga ruang yaitu ruang rumah tangga, ruang masyarakat dan ruang tempat kerja. Jadi kalau kita ingin bahagia di dunia, kita harus bahagia di rumah, di masyarakat dan di tempat kerja. “Di perusahaan juga begitu. Semua pribadi kalau ingin bahagia ya membuat bahagia orang lain, membuat bahagia pimpinan, membuat bahagia teman, membuat bahagia anak buah, konsumen, dan lain-lain. Kalau kita berusaha untuk membuat orang lain bahagia, maka selalu positif perilaku kita”.

“Kita latihan untuk berusaha membuat orang lain senang. Minimal tidak menyusahkan orang lain. Kenapa orang Jepang sikap mentalnya positif? Karena terlatih kan. Kalau dia jalan menginjak kaki, orang yang minta maaf siapa? yang diinjak kan. Karena dia menggangu jalan”, ujar Oerip mencontohkan.

Lalu apakah sikap mental bisa dirubah? Ketika pertanyaan tersebut diajukan kepada Oerip, dengan optimis ia mengatakan sangat mungkin. “Pada prinsipnya sikap mental manusia bisa dirubah. Pertama, membenahi pola pikir. Kedua dengan latihan”, tanggapnya.

Sikap Mental Pemimpin

Bila anda adalah seorang pimpinan di perusahaan dan memiliki anak buah, sikap mental positif merupakan sesuatu yang harus anda miliki. “Seorang pemimpin sangat penting untuk memiliki sikap seperti ini karena seorang pemimpin adalah teladan. Karena dia kan pembuat system. Kalau sikap mental seorang pemimpin adalah positif maka system yang dibuat juga positif”, Oerip beralasan.

Ada beberapa hal yang harus dimiliki pemimpin terkait dengan sikap mental positif. Pertama adalah jangan gampang menyalahkan orang lain. Misalkan sebuah pabrik hasil produksinya terkena reject. “Manajer yang berperilaku negative akan langsung memarahi bagian quality control karena dia kan yang meloloskan produksi. Manajer yang berperilaku positif tidak akan memarahi bagian-bagian tertentu. Dia akan panggil bagian quality control, produksi, row material, lalu membahas kenapa terjadi reject dan dicek semuanya satu per satu, benar nggak prosesnya”, lanjut Oerip. Dengan demikian tidak ada pihak yang sakit hati.

Kedua, pemimpin seharusnya tidak pilih kasih misalnya dalam hal promosi jabatan. “Akibatnya apa? Karyawan kan melihatnya obyektif. Kalau yang tidak berprestasi malah dipromosikan membuat sakit hati karyawan kan. Akibatnya suasana kerja tidak menyenangkan, perusahaan juga jalan di tempat, mandek”, ujarnya.

Ketiga, jarang sekali seorang pemimpin mengucapkan terima kasih manakala anak buahnya telah selesai menyelesaikan pekerjaan. “Dengan mengucapkan terima kasih membuat orang merasa senang toh. Merasa dihargai”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar